Caleg Modal Tipis? Mungkinkah? - Petrus Heri Sutopo

Breaking

Featured


Senin, 12 Maret 2018

Caleg Modal Tipis? Mungkinkah?


SINTANG - Suatu hari, saya mampir ke Kantor Keuskupan. Kebetulan saya habis mengurus surat keterangan tidak mampu sebagai syarat bagi anak saya untuk mengajukan Bea Siswa. Di kantor keuskupan saya bertemu dengan seorang Pastor  dan Pak Anton. Tujuan saya adalah mau bertanya dengan pak Anton, jadikah beliau mau bergabung dengan Partai Perindo untuk wilayah Sepauk-Tempunak. Namun beliau menyatakan tidak jadi karena di daerah pemilihan Sepauk-Tempunak ada Mantan Cabup 2015, Bapak Agrianus.

Bapak Agrianus adalah mantan calon Bupati Sintang 2015, yang sekarang bergabung di Partai Golkar dan akan maju pada pileg 2019.

Selang beberapa lama, seorang ibu, mantan Komisioner KPU Sintang datang ditempat yang sama. Setelah berbincang-bincang berbagai hal, kemudian beliau bertanya kepada saya terkait keputusan saya maju dalam Pileg 2019. Ibu ini dengan tegas menyatakan akan memilih seorang dari Partai Demokrat (maaf nama tidak saya sebutkan). Ada satu bahasa yang saya tangkap "kampanye tak cukup air liur saja".

Apa yang dikatakan oleh ibu tersebut, memang benar adanya. Tak cukup dengan liur saja....ya...bahasanya adalah finansial. Memang....pergerakan apapun memang membutuhkan finansial, tapi pertanyaannya apakah dengan finansial yang berkelimpahan menjadikan seseorang langsung tenar dan direspon masyarakat?

Saya memang baru masuk ranah politik dan menyatakan maju dalam pileg 2019. Mungkin orang berpikir, kalau saya memiliki banyak uang atau kekayaan yang berlimpah dengan maju ke dunia politik praktis. Saya juga mendengar, harus siapkan uang setengah miliar atau bahkan satu miliar untuk dapat memenangkan pileg. Takjub dan juga tertegun mendengarnya. Banyak juga saya dengar karena euphoria kemenangan, tidak sedikit yang rela menggadaikan harta benda demi pencapaian tujuan. Tapi saya juga banyak mendengar......tidak sedikit yang harus menerima pil pahit dengan gagal di tujuannya, sementara harta benda dan uang habis. Tidak sedikit yang saya dengar.....banyak bantuan yang diberikan saat kampanye....ditarik kembali oleh dealer (calegnya). Bahkan tak sedikit yang berakhir di rumah sakit jiwa, karena depresi....harta habis debt colector siap nagih hutang.

Bagi saya....dunia politik adalah tempat untuk belajar bertanggungjawab terhadap sesama dan saya tidak akan memandangnya seperti bertaruh di meja judi atau seperti beli kupon putih bertaruh 2, 3 atau 4 angka dengan modal yang besar untuk dapat uang yang luar biasa. TIDAK dan TIDAK akan pernah saya lakukan.

Saya masuk ke ranah politik dengan NIAT dan KEIKLASAN. Saya masuk dan maju sebagai caleg 2019 tidak dengan buah tangan atau pemberian untuk menarik simpatik masyarakat. 

Berdagang tentulah harus ada modal. Tinggal kita mau berdagang merek apa. Skala modal pun dapat dipilih mau konvensional atau yang biasa saja. Tapi tujuannya sama yakni sukses dan memperoleh keuntungan. Begitu juga di dunia politik praktis ini. Modal tetap diperlukan, hanya saja pemanfaatannya. Jika seorang caleg sudah menebarkan cara berpolitik yang tidak elegan, tentu kalaupun "TERPILIH".....maka yang terjadi adalah hitung-hitungan berapa modal politik yang saya keluarkan, soal janji kampanye....entar dululah....masih ada waktu. 
(Petrus Heri Sutopo: Bakal Calon Legislatif Pemilu 2019 Dapil Sintang 1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar